Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Paundra Noorbaskoro: Sukses Membudidayakan Udang Vaname berbasis Teknologi

Paundra Noorbaskoro adalah sebuah nama yang mungkin tak sepopuler influencer macam Raffi Ahmad atau youtuber Atta Halilintar. Tapi di kalangan petani udang, nama Paundra Noorbaskoro adalah nama yang selalu menjadi buah bibir karena kesuksesannya membudidayakan udang vaname berbasis teknologi atau Internet of Thing (IoT).

Tapi sebelum kita membahas kesuksesan Paundra Noorbaskoro dalam membudidayakan udang vaname dengan menggunakan Internet of Things, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu, apa itu udang vaname?


Udang Vaname Adalah...

Udang vaname yang memiliki nama Latin Litopenaeus vannamei adalah sejenis spesies udang yang memiliki rasa yang lezat sehingga sangat disukai oleh masyarakat.

Di kalangan petani undang, udang vaname sering disebut sebagai “udang putih.” Ini adalah jenis udang yang cocok untuk dibudidayakan di Indonesia karena dianggap kuat terhadap berbagai macam hama penyakit.

Meski demikian, udang ini tentu saja membutuhkan perawatan maksimal jika ingin mendapatkan hasil pembudidayaan yang maksimal.

Karena walau bagaimanapun, budidaya udang seperti budidaya perikanan lainnya, juga tidak lepas dari berbagai masalah dan penyakit yang dapat menyebabkan gagal panen.

Masalah dan penyakit ini juga lah yang menjadi salah satu alasan mengapa Paundra Noorbaskoro pernah mengalami kegagalan ketika mencoba berbisnis budidaya udang, sebelum kemudian mengembangkan budidaya udang berbasis teknologi yang membawanya pada kesuksesan.

Udang vaname sendiri berasal dari Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Namun saat ini, jenis udang ini sudah menyebar ke berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia untuk dibudidayakan.

Karena memiliki rasa yang lezat dan gampang dibudidayakan, maka tidak heran apabila udang ini bisa dengan mudah kita temukan di pasar.

Udang ini sangat mudah dikenali karena memiliki ciri-ciri yang mencolok seperti, warna putih pada bagian tubuhnya dengan garis-garis transparan. Inilah alasan mengapa udang vaname ini, sering juga disebut sebagai udang putih.

Ukurannya sendiri bervariasi tergantung kapan petani memanennya. Kadang-kadang ada udang yang dipanen saat masih kecil, dan ada juga yang dipanen ketika ukuran tubuhnya sudah agak besar.

Udang saus tiram, udang bakar, hingga udang goreng tepung, adalah beberapa contoh olahan udang vaname yang populer di tengah-tengah masyarakat. Selain memiliki rasa yang lezat, udang vaname juga mengandung nutrisi yang penting untuk kesehatan seperti selenium hingga vitamin B12.

Tidak hanya di Indonesia, udang vaname dikenal sebagai komoditas yang penting dalam dunia perdagangan internasional karena rasanya yang lezat dan karena udang ini sangat mudah diolah atau dikombinasikan dengan berbagai jenis masakan.

Akan tetapi, seperti yang telah saya katakan diatas, meskipun udang ini relatif mudah untuk dikembangbiakkan atau dibudidayakan, namun udang vaname tetap tidak lepas dari berbagai macam penyakit, dan isu lingkungan.

Karena itulah, sebelum membudidayakan udang, dibutuhkan pengetahuan yang cukup untuk mencegah atau mengatasi berbagai macam penyakit pada udang dan untuk menciptakan sistem budidaya yang berkelanjutan serta ramah lingkungan.

Cerita Kesuksesan Paundra Noorbaskoro Membudidayakan Udang Berbasis Teknologi

Paundra Noorbaskoro adalah seorang pemuda yang berasal dari Pacitan, Jawa Timur. Lokasi tempat tinggalnya yang tidak jauh dari pantai membuat kecintaannya pada perikanan dan kelautan tumbuh subur dibenaknya.

Kecintaannya pada dunia perikanan ini pula lah yang kemudian membawanya untuk melanjutkan studi ke Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan di Universitas Brawijaya setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas.

Pasca lulus dari Universitas, Paundra langsung terjun ke lapangan untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajarinya di bangku universitas.

Ketika memutuskan untuk terjun ke dunia usaha, Paundra memutuskan untuk menggeluti budidaya ikan. Berbekal kesuksesannya membudidayakan ikan, Paundra mencoba untuk membudidayakan udang vaname bersama rekan-rekannya. Karena menurut pandangannya, budidaya udang vaname lebih menjanjikan dengan ikan.

Sama seperti ketika membudidayakan ikan, Paundra juga melibatkan teknologi untuk membantunya dalam membudidayakan udang vaname.

Namun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Usaha budidaya udang yang dijalaninya bersama beberapa rekan-rekannya tersebut mengalami kegagalan setelah 1 tahun berjalan. Padahal, modal yang dikeluarkan untuk budidaya udang menelan biaya hingga hitungan milyar Rupiah.

Faktor penyebab kegagalan Paundra membudidayakan udang tidak lepas dari ketidakmampuannya dalam mengantisipasi dan men treatment berbagai macam penyakit yang kerap melanda udang budidaya. Seperti penyakit, Early Mortality Syndrome (EMS) atau sindrom kematian dini, Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND), hepatopankreas, White Feces, hingga Myo.

Setelah mengalami kegagalan, Paundra tidak patah semangat. Setelah mengetahui apa yang menjadi penyebab kegagalannya dalam membudidayakan udang, Paundra pun berencana untuk kembali mencoba budidaya udang.

Namun kali ini dengan persiapan yang lebih matang. Sebelum memulai budidaya udang, terlebih dahulu Paundra mempelajari Bagaimana cara mengatasi dan mencegah berbagai macam penyakit yang kerap menyerang udang. 

Dimulai dari meneliti cara menjaga dan memelihara air yang digunakan, cara men-treatment udang yang bermasalah, hingga cara mengatur jenis dan jumlah serta waktu pemberian pakan yang tepat.

Semua hasil risetnya selama 1 tahun kemudian disimpan dalam bentuk digital yang bisa diakses kapanpun dibutuhkan untuk mengatur air hingga metode treatment yang tepat terhadap berbagai penyakit yang menyerang udang budidaya.

Setelah melakukan riset selama kurang lebih 1 tahun, Paundra kembali mencoba membudidayakan udang vaname berbekal hasil risetnya tersebut.

Tak dinyana, hasil budidaya udang berbasis teknologi yang ia terapkan sangat memuaskan dengan rata-rata hasil panen per kolam berkisar antara 1. 7 hingga 2 ton. Dengan keuntungan bersih rata-rata 2,7 juta Rupiah.

Pada Tahun 2022, tepat 1 tahun setelah melakukan riset, Paundra telah memiliki kolam udang berjumlah sekitar 18 buah yang jika dirata-rata dapat menghasilkan keuntungan bersih hingga 50 juta Rupiah.

Mengajak Para Petani Membudidayakan Udang Berbasis Teknologi

Tidak hanya ia nikmati sendiri, Paundra Noorbaskoro juga memperkenalkan budidaya udang berbasis teknologi kepada para petani udang yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Tidak hanya itu, melalui start up bernama Growpal, Paundra juga mengajak para petani udang di wilayah-wilayah lain untuk membudidayakan udang vaname berbasis teknologi agar mendapatkan hasil keuntungan yang lebih memuaskan.

Kesuksesan Paundra membudidayakan udang vaname berbasis teknologi ini tentu saja merupakan angin segar bagi para petani udang yang selama ini kerap mengalami gagal panen, karena masih mengandalkan metode tradisional atau mengandalkan intuisi dalam membudidayakan udang.

Atas kesuksesannya ini, Astra International Tbk pun memilih Paundra Noorbaskoro sebagai salah satu peraih penghargaan pada ajang SATU Indonesia Awards untuk Tahun 2022 di bidang teknologi.

Sebagai informasi, SATU Indonesia Awards merupakan ajang tahunan untuk mengapresiasi anak bangsa yang berprestasi dan bisa berkontribusi positif terhadap kemajuan bangsa Indonesia.

Jadi, kalau kalian merasa ada orang-orang yang inspiratif dan punya andil dalam memajukan bangsa Indonesia, kalian bisa mendaftarkan mereka di situs https://www.satu-indonesia.com.

Post a Comment for "Paundra Noorbaskoro: Sukses Membudidayakan Udang Vaname berbasis Teknologi"