Buat Kemasan Ramah Lingkungan Dari Pelepah Pinang, Rengkuh Raih Apresiasi Satu Indonesia Award Ke-14
Hayo ngaku, siapa di sini yang masih suka pakai plastik atau styrofoam buat bungkus makanan?
Apakah kalian tau kalau styrofoam itu punya julukan “sampah abadi?” Kok bisa? Ya bisa dong! Soalnya, dibutuhkan waktu sekitar 500 s/d 1 juta tahun sampai styrofoam terurai secara alami oleh tanah?
Setelah terurai, apakah styrofoam sudah aman untuk lingkungan? Tidak! Styrofoam masih akan menjadi masalah dan mencemari lingkungan, karena styrofoam yang terurai tersebut akan berubah menjadi mikroplastik.
Tahukah Kalian Apa Itu Mikroplastik dan Bahayanya Bagi Kesehatan?
Jadi, yang disebut dengan mikroplastik adalah serpihan plastik yang ukurannya sangat kecil. Saking kecilnya, ukurannya itu mencapai satuan mikrometer.
Seberapa besar sih sebuah benda berukuran 1 mikrometer?
Supaya lebih mudah dibayangkan seberapa besar ukuran benda yang dihitung dengan mikrometer, saya akan coba gunakan ‘rambut’ sebagai contoh.
Rambut manusia kalau di ukur, rata-rata memiliki diameter sekitar 50 sampai 100 mikrometer. Sedangkan sel darah merah yang ada di dalam tubuh kita ukurannya berkisar antara 7-8 mikrometer.
Nah, mikroplastik itu ukurannya bisa lebih kecil dibandingkan dengan sel darah merah. Well, karena ukurannya yang kecil inilah yang menyebabkan mikroplastik bisa dengan mudah masuk ke dalam tubuh kita melalui berbagai cara.
Misalnya, lewat pernapasan ketika kita menghirup udara. Mikroplastik juga bisa ikut tertelan bersama makanan atau minuman kalau kita menggunakan bungkus makanan dan minuman yang terbuat dari plastik atau styrofoam. Nggak cuma bisa masuk lewat saluran nafas dan pencernaan, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa mikroplastik juga bisa menembus kulit kita saking kecilnya.
Dampak Mikroplastik Bagi Kesehatan
Mikro plastik yang ukurannya sangat kecil, yang bisa masuk ke dalam tubuh kita melalui berbagai cara seperti yang sudah aku sebutin di atas tadi, bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti yang akan aku sebutin di bawah ini.
Yang pertama, mikroplastik bisa menyebabkan gangguan sistem pernapasan. Ukuran mikroplastik yang sangat kecil dan bobotnya yang ringan membuat mikroplastik bisa dengan mudah terbang di udara dan masuk ke dalam sistem pernapasan ketika kita bernafas. Mikroplastik yang masuk ke dalam sistem pernapasan akan menyebabkan peradangan saluran pernapasan dan bisa juga menyebabkan iritasi.
Yang kedua, mikroplastik bisa menyebabkan masalah pencernaan. Jika ikut tertelan bersama makanan, mikroplastik bahkan bisa masuk ke dalam aliran darah.
Masalah kesehatan lainnya yang bisa ditimbulkan oleh mikroplastik adalah gangguan hormon. Beberapa penelitian modern menunjukkan bahwa mikroplastik bisa mengganggu sistem endokrin.
Buat kalian yang belum tahu, sistem endokrin ini adalah sistem yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan serta fungsi reproduksi. Jadi, jangan heran jika orang yang terpapar mikroplastik mungkin saja mengalami gangguan pertumbuhan (sulit tumbuh tinggi), mengalami masalah perkembangan otak dan kognitif yang berdampak langsung pada perilaku dan kemampuan belajar (lemah otak), serta menyebabkan seseorang kesulitan untuk hamil atau membuahi pasangannya (mandul).
Trus, kalau seseorang terpapar mikroplastik terus-menerus, dalam jangka panjang mereka bisa mengalami kerusakan organ. Ngeri banget kan efek mikroplastik buat kesehatan kita.
Karena mikroplastik dianggap sangat berbahaya bagi kesehatan, banyak negara telah melarang penggunaan wadah berbahan plastik ataupun styrofoam.
Uni Eropa merupakan salah satu contoh negara yang melarang penggunaan barang-barang berbahan plastik sekali pakai seperti sedotan, garpu, atau cotton buds.
Selain Uni Eropa, beberapa negara lain yang juga sudah mulai menerapkan pelarangan penggunaan jenis plastik tertentu diantaranya adalah Taiwan yang melarang masyarakatnya menggunakan kantong plastik sekali pakai di semua toko ritel.
Bahkan di negara Rwanda yang menjadi salah satu pionir pelarangan penggunaan kantong plastik, sejak 2008 telah melarang penggunaan dan juga melarang produksi kantong plastik.
Sebenarnya plastik bukan cuma mengancam kesehatan manusia, tapi juga mengancam satwa dan dapat mencemari lingkungan di sekitar kita seperti tanah, udara serta laut.
Rengkuh Banyu Ciptakan Alternatif Wadah Makanan Ramah Lingkungan
Baru-baru ini, seorang pemuda asal Jakarta bernama Rengkuh Banyu Mahandaru memperkenalkan wadah (container) makanan ramah lingkungan yang terbuat dari pelepah pohon pinang.
Perjuangannya dalam mengolah pelepah pohon pinang yang dianggap sebagai limbah menjadi wadah makanan ramah lingkungan mendapatkan apresiasi dari Astra dalam ajang SATU Indonesia Awards ke-14 yang berlangsung pada tahun 2023.
Penghargaan SATU Indonesia Awards merupakan sebuah penghargaan bergengsi yang diadakan oleh Astra International Tbk untuk mendukung generasi muda dalam menciptakan sistem yang berkelanjutan demi kemajuan bangsa dan kebaikan bumi atau lingkungan.
Program Astra ini sendiri merupakan program tahunan. Setiap tahunnya mereka akan memilih beberapa individu atau kelompok sebagai finalis. Selain mendapatkan apresiasi dari Astra secara simbolis, para finalis yang terpilih juga akan mendapatkan hadiah uang tunai puluhan juta rupiah sebagai bentuk dukungan terhadap inovasi dan kontribusi mereka (para pemuda yang terpilih).
Selain itu, mereka juga akan mendapatkan peluang mengikuti mentoring bersama para ahli di bidangnya, serta mendapatkan kesempatan untuk mengakses jaringan bisnis Astra.
Secara tidak langsung, para finalis yang terpilih juga akan menjadi role model bagi generasi muda, dan akan diekspos secara besar-besaran oleh berbagai media di Indonesia. Salah satunya adalah lewat platform blog seperti yang saya lakukan ini.
Kembali kita ngomongin soal kontainer makanan ramah lingkungan yang dibuat oleh Rengkuh Banyu Mahandaru. Jadi, ide membuat kontainer makanan berbahan dasar pelepah pisang datang ketika ia berkunjung ke salah satu wilayah di India.
Di sana, Rengkuh yang merupakan lulusan Desain Produk di ITB, menyaksikan sendiri bagaimana masyarakat India memanfaatkan bahan-bahan alam seperti dedaunan untuk membungkus makanan.
Setelah kembali ke Indonesia, pengalamannya di beberapa daerah seperti di Sumatera (sebagai salah satu ladang pinang) membuatnya terpikirkan untuk memanfaatkan pelepah pinang yang berlimpah ruah untuk dijadikan sebagai alternatif wadah makanan.
Pembuatan wadah makanan dari pelepah pinang dimulai oleh Rengkuh pada tahun 2022. Iya memilih daerah Cibinong sebagai tempat produksi dengan memilih merk dagang “plépah,” serta menggunakan alat cetak yang tercipta dari hasil kerjasama dengan BRIN.
Pada awalnya, per bulan ia hanya bisa menghasilkan sekitar 1000 kemasan dengan berbagai bentuk. Mulai dari kemasan makanan sekali pakai, piring, dan juga mangkok lengkap dengan tutupnya.
Dari satu pelepah Pinang, biasanya dapat dibuat menjadi tiga hingga empat buah (pcs) berbagai wadah makanan.
Setelah berkembang beberapa tahun, kini produksinya sudah meningkat menjadi 120.000 pcs per bulan. Sebagian besar produk kemasan berbahan pelepah ini dijual ke mancanegara, terutama diekspor ke Jepang, yang menjadi pasar utama bagi plépah.
Setelah memperkenalkan produk plépah di Jerman pada tahun 2023, kini semakin banyak negara yang tertarik untuk mengimpor produk sustainability ini. Pasalnya, sebagian besar masyarakat negara-negara maju seperti Jerman sangat menyadari pentingnya menggunakan produk-produk berkelanjutan yang ramah lingkungan, di samping menganggap harga kontainer makanan berbahan pelepah yang affordable.
Beberapa negara lain yang juga tertarik untuk mengimpor produk plépah diantaranya, ada Kanada, Belanda, dan Swedia, di samping Amerika Selatan.
Sedangkan di Indonesia, market share plépah masih sangat kecil. Menurut Rengkuh, salah satu faktor penyebabnya adalah karena harga satuan produk plépah masih dianggap terlalu mahal bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sehingga, produk ini masih kalah bersaing dengan bahan-bahan yang lebih murah seperti styrofoam.
Di samping itu, kesadaran masyarakat Indonesia pada lingkungan juga masih sangat rendah. Sehingga, masih banyak masyarakat yang lebih memprioritaskan harga dibandingkan dengan sustainability produk yang mereka gunakan.
Padahal, inisiatif Rengkuh membuat produk ramah lingkungan ini justru awalnya adalah untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Mengingat, salah satu momen yang mendorong Rengkuh untuk membuat wadah makanan ramah lingkungan terjadi ketika ia berkunjung ke Wakatobi.
Wakatobi sendiri merupakan salah satu destinasi wisata laut di Indonesia yang sangat populer dengan spots diving-nya yang terkenal indah. Tapi, ketika berada di Wakatobi, Rengkuh justru lebih sering melihat wadah-wadah yang terbuat dari styrofoam daripada ikan-ikan cantik.
Kegiatan yang dilakukan oleh rengkuh untuk mengubah pelepah pinang yang tadinya dianggap sebagai limbah menjadi wadah makanan ramah lingkungan tidak hanya berdampak langsung terhadap lingkungan itu sendiri, tapi juga memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat yang terlibat, terutama para petani pinang.
Jika dahulu para petani pinang hanya menganggap pelepah pinang sebagai limbah dan hanya dibuang begitu saja, kini limbah tersebut bisa dijual dan dapat memberikan penghasilan tambahan buat mereka.
Hingga saat ini, setidaknya sudah ada 100 kepala keluarga yang mendapatkan manfaat langsung dari usaha mengubah pelepah menjadi kontainer makanan ini.
Tips Memilih Wadah Ramah Lingkungan
Container makanan yang terbuat dari pelepah adalah satu dari sekian alternatif yang bisa kita gunakan sebagai wadah makanan ramah lingkungan. Selain, wadah yang terbuat dari pelepah ini, sebenarnya di sekitar kita masih ada banyak alternatif lainnya yang sehat dan bisa dimanfaatkan.
Untuk mengurangi penggunaan wadah plastik dan styrofoam, kalian bisa mempertimbangkan beberapa wadah yang dianggap lebih ramah lingkungan dan lebih sehat berikut ini.
- Wadah-wadah yang terbuat dari kaca atau logam stainless steel umumnya sangat bagus apabila digunakan sebagai wadah makanan karena bebas kimia.
- Selain itu, kita juga bisa memilih wadah biodegradable. Wadah seperti ini biasanya terbuat dari bahan ramah lingkungan semisal bambu dan serat tebu. Di samping itu, aku juga pernah melihat wadah semacam kantong plastik yang terbuat dari singkong.
- Khusus untuk mengurangi penggunaan kantong plastik, saya sendiri sudah beralih ke tas berbahan kain. Saya sengaja mengoleksi beberapa tas yang biasanya saya bawa saat berbelanja ke pasar atau ke minimarket. Kalian juga bisa melakukan hal yang sama untuk mengurangi penggunaan kantong plastik.
- Kalaupun kalian tertarik untuk menggunakan wadah berbahan plastik. Misalnya untuk menyimpan makanan di kulkas. Cobalah memilih wadah yang terbuat dari bahan silikon food grade. Karena wadah seperti ini selain tahan lama, juga dianggap lebih aman terhadap suhu panas atau suhu dingin yang berasal dari makanan ataupun lingkungan.
Penutup
Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, kita harus mulai mengurangi atau bahkan menghentikan sama sekali penggunaan bahan-bahan plastik dan styrofoam. Khususnya untuk membungkus makanan.
Selain dianggap tidak sehat karena bahan-bahan tersebut seringkali tidak berstatus food grade alias tidak ramah makanan, karena bisa melepaskan mikroplastik ketika terkena suhu panas, plastik dan styrofoam juga dianggap sebagai salah satu masalah lingkungan.
Bayangin aja, sampah plastik itu butuh waktu yang sangat lama buat terurai secara alami ketika berada di dalam tanah. Umumnya berkisar antara 10 tahun hingga 1 juta tahun.
Contohnya adalah kantong plastik yang akan terurai secara alami di tanah dalam kurun waktu 10-500 tahun. Begitu pula dengan berbagai produk berbahan plastik lainnya seperti sedotan plastik, umumnya akan terurai sekitar 20 tahun. Bagaimana dengan gelas plastik? Faktanya, gelas plastik membutuhkan waktu sekitar 50 tahun untuk terurai. Lalu, kemasan sachet butuh waktu antara 50-80 tahun, dan botol plastik bahkan bisa terurai setelah 450 tahun.
Yang paling lama adalah styrofoam yang terurai secara alami di tanah dalam kurun waktu 500 tahun hingga 1 juta tahun, hingga membuatnya dijuluki sebagai “sampah abadi.”
Kalian mungkin bertanya-tanya kenapa plastik dan styrofoam kok terurainya lama banget? Itu karena plastik bukan dari bahan biologis, jadi sifatnya itu non-biodegradable alias nggak gampang diurai. Nah, kalau sudah menyebar kemana-mana, baik itu di tanah, air, laut, bahkan udara, sampah plastik pada akhirnya akan menjadi masalah besar buat lingkungan dan kesehatan manusia maupun makhluk hidup lainnya.
Kalau kita merasa tidak mampu membuat perubahan seperti yang dilakukan oleh Rengkuh Banyu Mahandaru, maka setidaknya, jangan menambah masalah sampah plastik dan styrofoam. Yuk, mulai tinggalkan penggunaan kantong plastik dan styrofoam, lalu beralihlah ke produk-produk sustainable demi kebaikan bumi dan masa depan generasi selanjutnya.
Post a Comment for "Buat Kemasan Ramah Lingkungan Dari Pelepah Pinang, Rengkuh Raih Apresiasi Satu Indonesia Award Ke-14"